Hai Moms,
Pernah ga sih mengalami fase anak
menolak makan? Fase ini lazim disebut GTM alias Gerakan Tutup Mulut.
Berdasarkan sebuah artikel yang aku baca di Ikatan
Dokter Anak Indonesia, menyebutkan bahwa GTM terjadi sejak memasuki usia
MPASI. Reaksi anak pun bermacam-macam, ada yang hanya menutup mulut bahkan
sampai menyemburkan makanan. Sepintas lalu mungkin kita melihat ini sebagai hal
yang wajar dalam proses tumbuh kembang anak. Namun ternyata tidak boleh
dibiarkan berlarut-larut karena GTM bisa jadi awal mulai dari stunting.
Memangnya kenapa sih kalo stunting? Apakah itu stunting? Berikut adalah
penjelasan singkatnya, semoga membantu.
MENGENAL STUNTING
PENGERTIAN STUNTING
Stunting atau perawakan pendek merupakan gangguan pertumbuhan yang sebagian besar disebabkan oleh masalah nutrisi. Peran orang tua sangat diperlukan dalam menentukan status nutrisi anak sehingga sangat penting bagi orang tua untuk memahami seputar stunting. Penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis di 1000 Hari Pertama Kehidupan anak, terhitung sejak di dalam kandungan. Maka penting sekali pemenuhan gizi di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), mulai dari Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23 bulan.
CIRI-CIRI STUNTING
Menurut Kemenkes RI, seorang anak
bisa diidentifikasi ke dalam stunting apabila sudah diukur panjang atau tinggi
badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada
pada kisaran di bawah normal. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak
saja tanpa pengukuran yang tepat. Selain tinggi dan berat badan di bwah
rata-rata, ada juga ciri-ciri lainnya yakni:
- Pertumbuhan melambat
- Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
- Pertumbuhan gigi terlambat
- Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya
- Pubertas terlambat
- Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya
DAMPAK STUNTING
Dampak jangka pendek stunting
adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan
fisiknya, serta gangguan metabolisme. Dampak jangka panjangnya, stunting yang
tidak ditangani dengan baik sedini mungkin akan menurunkan kemampuan kognitif
otak, kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi munculnya
penyakit metabolik seperti kegemukan, penyakit kritis, dan penyakit pembuluh darah.
Stunting tidak hanya menghambat
pertumbuhan seorang anak tapi juga berdampak pada pertumbuhan sebuah negara.
Stunting masih menjadi fenomena yang membayangi masyarakat Indonesia, dengan
angka yang terus tumbuh di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya. Menekan
angka stunting adalah urgensi. Jangan sampai bonus demografi justru menjadi
boom demografi.
Oleh karena itu pada tanggal 14 November
lalu, The Habibie Centre mengadakan Talkshow Nasional "Demokratisasi &
Kesehatan Masyarakat : Tantangan Penanggulangan Masalah Gizi Anak di
Indonesia". Turut hadir para praktisi kesehatan, rekan media dan blogger,
stake holder, dan ahli kesehatan.
Salah satu nara sumbernya adalah
dokter favoritku yaitu Prof. Dr. dr. Damayanti R. Syarif, SpA. (K) Ketua Pokja
Antropometri Kementerian Kesehatan dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi
& Penyakit Metabolik, FKUI – RSCM yang menjelaskan: “Untuk mencegah
stunting, diperlukan pemantauan status gizi yang benar, tata laksana rujukan berjenjang
hingga intervensi gizi. Selain permasalahan asupan nutrisi, kondisi penyakit
tertentu dapat meningkatkan resiko stunting karena dapat mempengaruhi peningkatan
kebutuhan nutrisi maupun kemampuan anak menyerap nutrisi yang dikonsumsi. Dalam
kondisi seperti ini, anak membutuhkan intervensi gizi yang memang sudah
terbukti dapat memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan anak.”
Intervensi gizi yang dimaksud
adalah pemberian bahan pangan yang terjangkau dan mudah ditemukan sehari-hari:
seperti telur, ikan, ayam, juga gizi seimbang lainnya. Asupan protein yang
disarankan adalah protein hewani hewani untuk membentuk struktur otaknya di
1000 hari pertama. Sementara itu, anak dengan kondisi khusus membutuhkan Pangan
Khusus yang disebut PKMK untuk mengantisipasi stunting. Sebagaimana dijelaskan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 29 tahun 2019 tentang Penanggulangan
Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit yang dalam kondisi medis khusus, bahwa
anak perlu diberikan PKMK di bawah pengawasan dokter. Penggunaan PKMK sebagai
tata laksana intervensi gizi spesifik bukan tanpa alasan. PKMK adalah pangan
olahan yang diproses atau diformulasi secara khusus untuk manajemen medis yang
dapat sekaligus sebagai manajemen diet bagi anak dengan penyakit tertentu.
CARA MENCEGAH STUNTING
Ada tujuh rekomendasi dari The
Habibie Centre yang disampaikan oleh Dr. drg. Widya Leksmanawati Habibie, M.M.,
selaku Associate Fellow di The Habibie Center yaitu:
- Pertama, penimbangan dan pengukuran balita setiap bulan di Posyandu, dan dibutuhkan kelengkapan alat ukur sesuai standar WHO.
- Kedua, pengesahan revisi PMK Antropometri Anak untuk deteksi tumbuh kembang balita.
- Ketiga, perbaiki buku KIA untuk memperbaiki pola MPASI.
- Keempat, Protein Hewani dan pemberian bantuan protein hewani termasuk susu untuk keluarga dengan balita.
- Kelima, pelatihan dokter, bidan, ahli gizi dan kader untuk mendeteksi stunting dengan intervensinya.
- Keenam, penyediaan PKMK untuk kondisi yang menyebabkan stunting seperti gizi buruk, gizi kurang, gagal tumbuh, alergi, prematur, sampai kelainan metabolik.
- Ketujuh adalah meningkatkan anggaran intervensi gizi spesifik dalam anggaran stunting bukan hanya 30%, tetapi misalnya 50:50
PERAN SERTA ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN STUNTING
Seusai menghadiri diskusi multi
sektoral yang diikuti oleh berbagai perwakilan dari seluruh Indonesia, ada
beberapa hal yang menjadi catatanku untuk dibawa pulang dan diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
- Rutin memantau TB/BB anak minimal sebulan sekali
- Memberikan asupan bernutrisi untuk makanan pokok khususnya protein hewani
- Selektif dalam memberikan cemilan, usahakan yang padat bergizi
- Mengutamakan bahan makanan lokal yang juga ikut mendukung sektor ekonomi rakyat
2 komentar
Nice post! pembahasan yang sangat mudah dicerna dan dipahami..
BalasHapusTulisan"nya sangat menginspirasi sekali.
BalasHapus