Belajar Menjadi Orang Tua Zaman Now

By katatian - September 07, 2018

Menjadi orang tua adalah proses belajar yang tidak mengenal kata lulus. Tidak ada pula gelar SP (Sarjana Parenting) dan atribut cum laude yang tersemat jika kita berhasil mendidik. Mari menjadi sebaik-baiknya dan seikhlas-ikhlasnya untuk buah hati kita.



-Chyntia Andarinie-


Orangtua zaman dulu (katakanlah mereka yang anaknya lahir tahun 1970 hingga awal 1990) mungkin geleng-geleng kepala melihat pola asuh orang tua masa kini. Sangat banyak perbedaan yang terjadi seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan tekhnologi. Contoh paling sederhana adalah penggunaan gadget. Dulu mana ada anak usia balita yang kemana-mana menenteng smarpthone. Saya ingat betul, pertama kali saya pegang telepon genggam itu ketika lulus SMP dan akan merantau ke Pulau Jawa. Itupun ponsel sederhana dengan fungsi sebatas menelfon dan berkirim pesan singkat. Gamenya ada, tapi sangat jarang terpakai karena saya lebih suka baca buku. 

Sekarang, hampir semua anak usia balita sudah mengenal smartphone. Anak saya bahkan sejak usia 6 bulan sudah menonton sensory video di Youtube. Bahkan tidak sedikit pula anak usia balita yang sudah mahir menggunakan laptop. Saya dulu baru kenal laptop ketika SMA. Masa kecil saya lebih banyak dihabiskan bermain Nintendo dan nonton film kartun Doraemon di televisi tabung. Bahkan gambarnya dulu kadang masih buram-buram seperti semut yang berkerumun, harus manjat tembok dan menngoyang-goyangkan antena luar baru tampak jernih. 

Mau atau tidak, siap atau belum, perubahan memang akan selalu terjadi. Termasuk dalam pola asuh anak. Kita tidak bisa mengadopsi mentah-mentah bagaimana pola asuh orang tua kita dulu. Karena perihal parenting, sekali lagi tidak ada ilmu pastinya Moms. Bukan satu ditambah satu sama dengan dua, tapi bisa saja satu tambah satu hasilnya infinity. Orang tua kita boleh jadi menjadi role model tapi praktiknya kembali lagi pada preferensi dan kesepakatan dengan pasangan masing-masing. Termasuk dalam hal pendidikan yang memegang peranan penting dalam milestone si kecil dan berpengaruh pada masa depannya. 

Sekolah saya dulu di belakang rumah persis, ketika istirahat sangat memungkinkan untuk pulang jika ingin icip-icip masakan rumah. Pertimbangan lokasi menjadi yang paling utama ketika memilih sekolah dulu, beda dengan sekarang. Point paling penting dalam meimilih sekolah saat ini adalah bagaimana metode belajar dan kurikulumnya. Lokasi sekolah tidak jadi menjadi prioritas, apalagi sejak maraknya jasa ojek online yang memudahkan kita untuk mobilisasi. 

Salah satu pertimbangan saya untuk memilih sekolah untuk anak adalah: saya ingin sekolah yang fun. Iya, sesimpel itu. Karena menurut saya, percuma anak disekolahkan di sekolah unggulan yang diminati banyak orang apabila si anak sendiri tidak merasa fun di sana. Khawatirnya, dia akan merasa terbebani dengan aktvitas belajar yang akan memberikan dampak besar pada masa depannya. Lalu bagaimana caranya agar anak merasa fun di sekolah? Hal ini pun masih menjadi pe-er bagi saya dan suami sampai saat ini. Tentunya menemukan sekolah yang pas bagi anak bukanlah perkara mudah, namun kami mencoba untuk menggali informasi tentang sekolah yang fun namun tetap oke dalam kurikulum pembelajarannya.

Nah, sejak dulu saya bercita-cita ingin sekolah di sekolah internasional. Kenapa? Karena anggapan saya bahwa sekolah internasional itu keren. Sekolah tapi seperti tidak sekolah. Seragamnya bebas, ada lokernya, muridnya tidak terlalu banyak dan pastinya banyak teman-teman bule. Anggapan saya dulu sebatas itu, namun semenjak menjadi orang tua zaman now dan rajin browsing informasi pendidikan, saya semakin tertarik dengan sekolah internasional.



MENGENAL SINGAPORE INTERCULTURAL SCHOOL (SIS) BONAVISTA

Salah satu sekolah yang menarik perhatian saya adalah SIS Bonavista yang berlokasi di daerah Lebak Bulus. Beberapa waktu lalu, para blogger yang tergabung dalam komunitas Blogger Perempuan, diundang untuk jalan-jalan ke sekolah tersebut. Dari bangunannya saja saya sudah tertarik karena didesain unik. Pertama kali masuk kita akan melihat meja informasi, parents lounge, head teacher room dan sebuah ruangan untuk memajang hasil karya para siswa. Kemudian ada sebuah tangga yang akan mengantar kita menuju ruangan kelas di bawah. Yap, segala proses belajar mengajar dilakukan di bawah. 


Jangan bayangkan lantai bawah seperti basement yang gelap dan mengerikan karena ternyata ada sebuah lapangan luas tempat para siswa berkegiatan outdoor. Fasilitasnya lengkap mulai dari gym corner hingga kolam berenang yang mendukung para siswa untuk berolahraga. Tersedia pula kantin yang cukup luas yang sangat ramai di jam makan siang. Ruangan kelasnya pun sangat fun karena dicat warna-warni. Para siswa SIS Bonavista yang menghias kelas masing-masing dengan hasil prakarya mereka. 























At SIS, not only do we show children the path
we walk alongside them

Sesuai dengan namanya, kurikulum yang digunakan oleh SIS Bonavista adalah Singapore Curriculum. Sekolah ini juga sudah berstandar IB dan Cambridge sehingga lulusannya bisa disandingkan dengan para siswa yang bersekolah di luar negeri. 




Di SIS Bonavista, tidak hanya siswa yang belajar tetapi juga orang tua. Bahkan dibentuk pula Parents Support Group yang merupakan sebuah wadah bagi para orang tua untuk bertemu, saling mengenal dan mendukung satu sama lain. Menurut saya, ini cukup penting karena kesuksesan pendidikan berawal dari orang tua, bukan guru ataupun sekolah.

Nah, kabar baik bagi kalian yang juga sedang mencari sekolah impian, SIS Bonavista akan mengadakan open house dan school tour tanggal 15 September nanti. Ini kesempatan bagus untuk bertemu langsung dengan para pendidik dan tenaga pengajar di sana. So jangan kelewatan. Informasi lanjut mengenai SIS Bonavista bisa didatkan melalu website resmi yang cukup informatif.







  • Share:

You Might Also Like

0 komentar